Kamis, 24 Oktober 2013



I.     MAKRIFAT DAN      MAKRIFATULLAH

 

A.  MAKRIFAT

      Makrifat adalah suatu topik yang sangat sukar untuk difahami, banyak orang tidak mengerti tetapi beranggapan faham,. mereka beranggapan ilmu makrifat itu adalah Makrifat Ilmu.

      Ilmu tidak sedikitpun menyentuh Makrifat, kerana apa,… kerana ilmu adalah yang berkaitan dengan alam.  Alam yang dijadikan Tuhan dan alam bukan Tuhan . Sedangkan Makrifat adalah yang bersangkutan dengan Dzat Allah Yang Mutlak , yaitu Tuhan Semesta Alam. Sungguh jauh perbedaannya, contohnya orang yang mempunyai ilmu tentang kereta, ia sangat faham tentang kereta,..tetapi malangnya dia sendiri tidak ada kereta, hendak pergi ke mana-mana pun terpaksa sewa taksi atau bus. Beginikah yang dikatakan makrifat? Tentu tidak.

        Makrifat adalah berkaitan dengan pengalaman , hal, dzauk, tetapi bukan yang berkaitan dengan ilmu. Seseorang yang bermakrifat, yang sungguh-sungguh dalam  makrifatnya kepada Allah, bukan sekadar teori semata, tetapi telah benar-benar meresapi makrifat itu, malahan telah menjadi SATU dalam pandangan Tauhid. Maka,  jika mereka mati, sesungguhnya mereka tidak mati, tetapi mereka hidup di sisi Allah dan mendapat rahmat-Nya.

        Allah mengharamkan cacing-cacing dan ulat-ulat tanah memakan jasadnya yang telah dikuburkan itu. Walaupun telah dikuburkan beratus-ratus tahun,  jasadnya masih tetap tidak binasa, malahan masih seperti baru dikebumikan. Segar tidak hancur dan tidak mengalami perubahan, kelihatan seperti orang yang dilamun mimpi indah dalam tidur. Sebahagiannya yang lain mendapat Rahmat Tuhan, dengan apa yang disebut “terbang burung terbang sangkar”, jasad dan ruh mereka kembali kepada Tuhan yang dikasihinya.

 

 

B. MAKRIFATULLAH

       Makrifatullah yaitu mengenal Allah SWT, pada Zat-nya, pada Sifat-nya, pada Asma-nya dan pada Af’al-nya. 

       Selain itu, mengenal Allah juga bisa lewat pengenalan diri si hamba. Dari mana, siapa dan untuk apa ia dijadikan.Tidak sah salat seseorang  tanpa mengenal Allah lebih dahulu karena ia tidak tahu siapa yang disembah dan untuk apa ia menyembah.

       Ketika hamba diciptakan kemudian ditiupkan roh ke dalam dirinya, allah berfirman :.

 ALASTU BIRAB BIKUM QOLU BALA SYAHIDNA

 Artinya: Bukankah aku ini Tuhanmu ?

 Betul engkau Tuhan kami,kami menjadi saksi.(QS.AL-ARAF 7:172) 

AL INSANNU SIRRI WA ANNA SIRRUHU Artinya: Manusia itu RahasiaKu dan akulah Rahasianya.

WAFI AMFUSIKUM AFALA TUBSIRUUN Artinya: Di dalam dirimu mengapa kamu tidak melihat.

 ANAHNU AKRABI MIN HABIL WARIZ Artinya: Aku lebih dekat dari urat nadi lehermu. 

LAA TAK BUDU RABBANA LAM YARAH Artinya: Aku tidak akan menyembah Allah apabila aku tidak melihatnya terlebih dahulu.

 HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALLAH

     Pada malam Ghaibul Ghaib yaitu dalam keadaan antah-berantah hanya Dzat semata. Belum ada awal dan belum ada akhir, belum ada bulan dan belum ada matahari, belum ada bintang belum ada sesuatu pun. Malahan belum ada Tuhan yang bernama Allah, maka dalam keadaan ini, Diri yang punya Dzat tersebut telah mentajalikan diri-Nya untuk memuji diri-Nya. Lantas tajalilah  Nur Allah dan kemudian tajali pula  Nur Muhammad (Insan Kamil), yang pada peringkat ini dinamakan Anta Ana, (Kamu, Aku) , (Aku,Kamu), Ana Anta. Maka yang punya Dzat bertanya kepada Nur Muhammad dan sekalian Roh untuk menentukan kedudukan dan taraf hamba. Lantas ditanyakan kepada Nur Muhammad, Aku ini Tuhanmu ? Maka dijawablah Nur Muhammad yang mewakili seluruh Roh, Ya…Engkau Tuhanku. Persaksian ini dengan jelas diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-Araf 7:172:

ALASTU BIRAB BIKUM, QOOLU BALA

SYAHIDNA.

Artinya : Bukan aku ini Tuhanmu? Betul engkau Tuhan kami, Kami menjadi Saksi.

        Selepas pengakuan atau persumpahan Roh itu dilaksankan, maka bermulalah era baru di dalam perwujudan Allah SWT. Seperti firman Allah dalam Hadits Qudsi yang artinya:“Aku suka mengenal diriku, lalu aku jadikan mahkluk ini dan akuperkenalkan diriku. Apa yang dimaksud dengan mahkluk ini ialah : Nur Muhammad sebab seluruh kejadian alam maya ini dijadikan daripada Nur Muhammad Tujuan yang punya Dzat mentajalikan Nur Muhammad adalah untuk memperkenalkan diri-Nya sendiri dengan diri rahasia-Nya sendiri. Maka diri rahasia-Nya itu adalah ditanggung dan diakui amanahnya oleh suatu kejadian yang bernama : Insan yang bertubuh diri bathin (Roh) dan diri bathin itulah diri manusia, atau Rohani. Firman Allah dalam hadis Qudsi:

AL-INSAANU SIRRII WA-ANA SIRRUHU Artinya : Manusia itu RahasiaKu dan Akulah yang menjadi Rahasianya.

        Jadi yang dinamakan manusia itu ialah karena ia mengenal Rahasia. Dengan perkataan lain manusia itu mengandung Rahasia Allah. Karena manusia menanggung Rahasia Allah maka manusia harus berusaha mengenal dirinya, dan dengan mengenal dirinya manusia akan dapat mengenal Tuhannya, sehingga lebih mudah kembali menyerahkan dirinya kepada Yang Punya Diri pada waktu dipanggil oleh Allah SWT. Yaitu tatkala berpisah Roh dengan jasad. (Tambahan Hajrikhusyuk: kembali kepada Allah harus selalu dilakukan semasa hidup, masih berjasad, contohnya dengan solat, kerana solat adalahmikraj orang mukmin atau dengan ‘mati sebelum mati’). Firman Allah An-Nisa 4:58:

INNALLAHA YAK MARUKUM ANTU ABDUL AMANATI ILAAHLIHA. Artinya: Sesunggunya Allah memerintahkan kamu supaya memulangkan amanah kepada yang berhak menerimanya. (Allah).

Hal tersebut di atas dipertegas lagi oleh Allah dalam Hadits Qudsi : 

MAN ARAFA NAFSAHU,FAQAD ARAFA RABBAHU. Artinya : Barang siapa mengenal dirinyaBmaka ia akan mengenal Tuhannya. Dalam menawarkan tugas yang sangat berat ini, pernah ditawarkan Rahasia-nya itu kepada Langit, Bumi dan Gunung-gunung tetapi semuanya tidak sanggup menerimanya.  Seperti firman Allah SWT Al Ahzab 33:72.

INNA ‘ARAT NAL AMATA, ALAS SAMAWATI WAL ARDI WAL JIBAL FA ABAINA ANYAH MILNAHA WA AS FAKNA MINHA,WAHAMA LAHAL INSANNU.

 Artinya : Sesungguhnya kami telah menawarkan suatu amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung tetapi mereka enggan memikulnya dan merasa tidak akan sanggup, lantas hanya manusia yang sanggup menerimanya.

 Oleh karena amanat (Rahasia Allah) telah diterima, maka adalah menjadi tanggung jawab manusia untuk menunaikan janjinya. Dengan kata lain, tugas manusia adalah menjaga hubungannya dengan yang punya Rahasia. Setelah amanat (Rahasia Allah) diterima oleh manusia (diri Batin/Roh).Untuk tujan inilah maka Adam dilahirkan untuk bagi memperbanyak diri, diri penanggung Rahasia dan berkembang dari satu abad  ke satu abad, diri satu generasi ke satu generasi yang lain sampai alam ini mengalami

 KIAMAT  DAN RAHASIA ITU  KEMBALI  KEPADA ALLAH.

INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI RAAJIUN. Artinya : Kita berasal dari Allah, dan  kembali kepada Allah.

 

C. PEMBAGIAN MAKRIFAT

Ada pun makrifat itu ialah mengenal Zat Allah dan Zat Rasulullah,oleh kerana itulah makrifat dimulakan:-

1.     Makrifat diri yang zahir.

2.     Makrifat diri yang bathin.

3.     Makrifat Tuhan.

D. APA GUNA MAKRIFAT?

Ada pun guna makrifat untuk mencari HAKIKAT yaitu mengenal yang Qadim dan mengenal yang baru

Sebagaimana kata:“AWALUDDIN MAKRIFATULLAH”

Artinya: Awal agama mengenal Allah.
Maksudnya mengenal yang mana Qadim dan yang mana baharu serta dapat mengenal yang Qadim dan yang baharu,maka dapatlah membedakan diantara Tuhan dengan hamba.

 E. ASAL USUL MAKRIFAT

      Rasulullah SAW mengajar kepada sahabatnya Saidina Ali Karamullah.Saidina Ali Karamullah mengajar kepada Imam Abu Hassan Basri.Imam Abu Hassan Basri mengajar kepada Habib An Najmi.Habib An Najmi mengajar kepada Daud Attaie.Daud Attaie mengajar kepada Maaruf Al Karhi.Maaruf Al Karhi mengajar kepada Sirris Sakatari.Sirris Sakatari mengajar kepada Daud Assakatar.Daud Assakatar mengajar kepada Al Junidi. Maka Al Junidi yang terkenal sebagai pengasas MAKRIFAT.Maka pancaran makrifat itu dari empat sumber yaitu:

1. Pancaran daripada sumber SULUK yang   dinamakan     Makrifat Musyahadah.

2. Pancaran daripada sumber KHALUAT yang dinamakan Makrifat Insaniah.

 3.Pancaran daripada Inayah yang dinamakan

    ROHANI.
4.Pancaran daripada Pertapaan yang dinamakan JIRIM.Maka dari  sumber amalan itulah terbit makrifat yang tinggi dan mempunyai    rahasia yang sulit. (Dari buku Mengenal Allah Versi Kaum Sufi oleh Fahrurraji Asmuni,S.Pd.,MM)